MEWASPADAI KEBANGKITAN FILSAFAT PERENIAL
Oleh : Dinar Dewi Kania
Umat Islam kembali disudutkan oleh munculnya film berjudul “?” yang sejatinya menyisakan berbagai macam pertanyaan, seperti ; apa motif dibalik pembuatannya ? siapa orang-orang yang berperan di balik layar ? pahamkah mereka dengan konsekuensi perbuatan mereka ? mengertikah mereka tentang Islam ? dan mungkin beribu pertanyaan lainnya yang akhirnya membuat film ini mengundang kontroversi. Berbagai ulasan dan kajian telah dilakukan yang berujung kepada pengharaman film ini oleh tokoh-tokoh ulama dan lembaga yang memang memiliki otoritas. Namun di tengah euforia kebebasan berekspresi, pendapat-pendapat tersebut hanya dianggap sebagai angin lalu, bahkan dikategorikan sebagai sikap ekslusif yang menjadi pemicu kekerasaan atas nama agama.
Munculnya film ini sebenarnya merupakan salah satu fenomena atau indikator dari kebangkitan gerakan dan aliran spiritual yang bertentangan dengan ajaran Islam. Gerakan spiritual tersebut lahir dari krisis eksistensi yang dialami manusia modern akibat sekularisme, manusia modern yang miskin ilmu-ilmu keislaman sehingga pemahaman mereka tentang akidah Islam sangat lemah. Atau pemahaman yang lahir dari manusia yang memiliki “pengetahuan” keislaman namun tidak meyakini dan menjalankannya secarah kafah akibat dorongan hawa nafsu. Manusia seperti ini akhirnya mencari berbagai macam cara untuk mengatasi ketidakbahagiaannya. Pencarian tersebut ada yang berujung kepada hidayah Allah SWT dan kemudian menapaki jalan Islam yang lurus. Namun tidak sedikit dari mereka yang kehilangan arah dan berlari menjauh dari ajaran Islam yang dicontohkan generasi salafussalih. Mereka justru merapatkan diri pada gerakan spiritual yang dipromosikan Barat yang tentu saja sangat bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam.
Salah satu paham spiritual Barat yang semakin kuat menancapkan pengaruhnya dalam kehidupan beragama di Indonesia adalah Perenialisme. Kebangkitan gerakan spiritual di dunia Barat sebagai protes dari sekularisasi dan modernitas melahirkan aliran filsafat yang dikenal sebagai Filsafat Perenial (philosophia perennis). Para penganut Filsafat Perenial atau yang disebut juga traditionalist mengklaim bahwa aliran filsafat ini telah ada sejak dahulu kala. Aldous Huxley mendefinisikan filsafat perenial sebagai “metafisika yang mengenali adanya realitas Ilahi yang bersifat substantial bagi dunia, psikologi yang menemukan di dalam diri manusia adanya sesuatu yang mirip atau bahkan identik, dengan realitas Ilahi tersebut. Charles B. Schmitt mengaggap penggagas filsafat ini adalah Agostino Steuco, seorang Neo-Platonis pengikut Agustinus dari Italia yang menulis buku berjudul De Perenni Philosophia. Steuco menyatakan bahwa filsafat Perennial pada dasarnya adalah tradisi intelektual sintesis antara teologi, filsafat kuno dan agama kristen.
Baca selengkapnya dalam makalah di bawah ini:
Sumber: Website Ust. Adian Husaini
No comments :
Post a Comment