Filsafat Hermeneutika dan Dampaknya Terhadap Studi al-Qur’an
Oleh: Adnin Armas, M.A.
I. Penafsiran Kritis Terhadap Bibel Sebagai Pemicu Munculnya Filsafat Hermeneutika
Kemunculan filsafat hermeneutika dipicu oleh persoalan-persoalan yang terjadi dalam penafsiran Bibel. Awalnya bermula, ketika para Reformis menolak otoritas penafsiran Bibel yang berada dalam genggaman Gereja. Menurut Martin Luther (1483-1546), bukan Gereja dan bukan pula Paus yang dapat menentukan makna Kitab Suci, tetapi Kitab Suci sendiri yang menjadi satu-satunya sumber final bagi Kristiani. Martin
Luther menyimpulkan Bibel harus menjadi penafsir bagi Bibel itu sendiri. Martin Luther menyatakan“Ini bermakna [Kitab Suci] sendiri oleh dirinya sendiri yang paling dapat diraih, otoritas yang paling dapat dipahami, ianya sendiri adalah penafsir baginya sendiri, yang menguji, menilai, dan mencerahkan segala sesuatunya,… ”. Martin Luther mengeluarkan pernyataan tersebut pada tahun 1519. Kurang lebih pada masa bersamaan (1520), Hudreich Zwingli (1484-1531) juga menyatakan Perkataan Tuhan (The Word of
God) menjadi satu-satunya sarana—dan sebuah sarana yang efektif dalam kebenarannya sendiri-- untuk pembaruan dunia dan Gereja.
Luther menyimpulkan Bibel harus menjadi penafsir bagi Bibel itu sendiri. Martin Luther menyatakan“Ini bermakna [Kitab Suci] sendiri oleh dirinya sendiri yang paling dapat diraih, otoritas yang paling dapat dipahami, ianya sendiri adalah penafsir baginya sendiri, yang menguji, menilai, dan mencerahkan segala sesuatunya,… ”. Martin Luther mengeluarkan pernyataan tersebut pada tahun 1519. Kurang lebih pada masa bersamaan (1520), Hudreich Zwingli (1484-1531) juga menyatakan Perkataan Tuhan (The Word of
God) menjadi satu-satunya sarana—dan sebuah sarana yang efektif dalam kebenarannya sendiri-- untuk pembaruan dunia dan Gereja.
Baca selengkapnya dalam makalah di bawah ini:
Sumber: Website Ust. Adian Husaini
No comments :
Post a Comment