Al-Qur’an dan Orientalis
Oleh: Adnin Armas
Proyek Orientalis
Yahya al-Dimasqi atau lebih di kenal sebagai John of Damascus,
seorang pastor terkemuka
Kristen yang meninggal sekitar tahun 700 M, sudah meragukan keabsahan atau otentisitas al-Quran sebagai wahyu
Allah. Ini bisa dimengerti karena penolakan al-Quran terhadap penyaliban Nabi
Isa as dan trinitas, misalnya, sangat mengganggu dogma Kristen. Pemikiran John of Damascus tersebut
merupakan representasi dari pemikiran kalangan Kristen terhadap al-Quran.
Disebabkan al-Quran mencela prinsip yang sangat mendasar dari
ajaran Kristen, maka bebagai polemik muncul antar Islam dan Kristen. Pada abad
12 M, al-Quran pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robert of
Ketton.
Theodor Noldeke, (m. 1930) menulis sebuah monograf dalam bahasa
Latin tentang asal mula penyusunan al-Quran pada tahun 1856. Ketika Parisian Académie des Inscriptions et Belles-Lettres pada
tahun 1857 menganjurkan kompetisi penulisan sejarah kritis tektualitas al-Quran
(a critical history of the text of the Quran), Theodor Nöldeke menyerahkan tulisannya kepada penganjur
kompetisi itu. Hasilnya, Nöldeke memenangi kompetisi tersebut dan kemudian
karyanya yang telah direvisi diterbitkan di Göttingen pada tahun 1860 dengan
judul Geschichte des Qorans. Pada tahun 1898, penerbit buku tersebut mengusulkan edisi kedua.
Disebabkan Nöldeke sendiri tidak sanggup melakukannya, maka tugas ini
dipercayakan kepada muridnya, Friedrich Schwally, yang kemudian mengedit dan
merevisi buku tersebut menjadi dua edisi. Edisi pertama tentang asal mula
al-Quran (the origin of the Qur’an), diselesaikan tahun 1909, dan edisi kedua tentang penyusunan
al-Quran (the collection of the Quran) diselesaikan tahun 1919. Setelah menyelesaikan manuskrip itu --
dan ketika sedang dicetak – Schwally meninggal dunia, pada bulan Februari 1919.
Schwally juga sudah merintis edisi ketiga tentang sejarah text (the history of the text). Paling
tidak, dia sudah menulis kata pengantar untuk edisi ketiga itu. Sepeninggal
Schwally, proyek edisi ketiga itu dilanjutkan oleh Gotthelf Bergsträsser di
Königsberg. Dua bagian dari edisi ketiga ini (sekitar dua pertiga dari
keseluruhan) telah diterbitkan pada tahun 1926 dan 1929. Bagian ketiga tertunda
disebabkan munculnya banyak materi yang penting. Selanjutnya, Bergstässer tanpa
diduga, meninggal pada tahun 1933; dan karyanya dilanjutkan oleh orientalis
lain, yaitu Otto Pretzl yang menyempurnakannya pada tahun 1938.1 Jadi, karya Geschicte
des Qorans adalah karya yang ditulis secara
beramai-ramai oleh beberapa orang orientalis terkemuka Jerman dan dikerjakan
selama 67 tahun sejak edisi pertama dan selama 40 tahun sejak diusulkannya edisi kedua. Hasilnya,
sampai saat ini, karya ini menjadi karya standar dalam masalah sejarah kritis
penyusunan al-Quran bagi para orientalis.
Penjelasan selanjutnya bisa dibaca dalam makalah yang bisa didownload pada link di bawah ini
MAKALAH
MAKALAH
No comments :
Post a Comment