Blog Berbagi Informasi

Monday, 7 November 2016

Al-Qur'an dan Orientalis

No comments :


Al-Qur’an dan Orientalis
Oleh: Adnin Armas



Proyek Orientalis

Yahya al-Dimasqi atau lebih di kenal sebagai John of Damascus, seorang pastor terkemuka Kristen yang meninggal sekitar tahun 700 M, sudah meragukan keabsahan atau otentisitas al-Quran sebagai wahyu Allah. Ini bisa dimengerti karena penolakan al-Quran terhadap penyaliban Nabi Isa as dan trinitas, misalnya, sangat mengganggu dogma Kristen. Pemikiran John of Damascus tersebut merupakan representasi dari pemikiran kalangan Kristen terhadap al-Quran.



Disebabkan al-Quran mencela prinsip yang sangat mendasar dari ajaran Kristen, maka bebagai polemik muncul antar Islam dan Kristen. Pada abad 12 M, al-Quran pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robert of Ketton.



Theodor Noldeke, (m. 1930) menulis sebuah monograf dalam bahasa Latin tentang asal mula penyusunan al-Quran pada tahun 1856. Ketika Parisian Académie des Inscriptions et Belles-Lettres pada tahun 1857 menganjurkan kompetisi penulisan sejarah kritis tektualitas al-Quran (a critical history of the text of the Quran), Theodor Nöldeke menyerahkan tulisannya kepada penganjur kompetisi itu. Hasilnya, Nöldeke memenangi kompetisi tersebut dan kemudian karyanya yang telah direvisi diterbitkan di Göttingen pada tahun 1860 dengan judul Geschichte des Qorans. Pada tahun 1898, penerbit buku tersebut mengusulkan edisi kedua. Disebabkan Nöldeke sendiri tidak sanggup melakukannya, maka tugas ini dipercayakan kepada muridnya, Friedrich Schwally, yang kemudian mengedit dan merevisi buku tersebut menjadi dua edisi. Edisi pertama tentang asal mula al-Quran (the origin of the Qur’an), diselesaikan tahun 1909, dan edisi kedua tentang penyusunan al-Quran (the collection of the Quran) diselesaikan tahun 1919. Setelah menyelesaikan manuskrip itu -- dan ketika sedang dicetak – Schwally meninggal dunia, pada bulan Februari 1919. Schwally juga sudah merintis edisi ketiga tentang sejarah text (the history of the text). Paling tidak, dia sudah menulis kata pengantar untuk edisi ketiga itu. Sepeninggal Schwally, proyek edisi ketiga itu dilanjutkan oleh Gotthelf Bergsträsser di Königsberg. Dua bagian dari edisi ketiga ini (sekitar dua pertiga dari keseluruhan) telah diterbitkan pada tahun 1926 dan 1929. Bagian ketiga tertunda disebabkan munculnya banyak materi yang penting. Selanjutnya, Bergstässer tanpa diduga, meninggal pada tahun 1933; dan karyanya dilanjutkan oleh orientalis lain, yaitu Otto Pretzl yang menyempurnakannya pada tahun 1938.1 Jadi, karya Geschicte des Qorans adalah karya yang ditulis secara beramai-ramai oleh beberapa orang orientalis terkemuka Jerman dan dikerjakan selama 67 tahun sejak edisi pertama dan selama 40 tahun sejak diusulkannya edisi kedua. Hasilnya, sampai saat ini, karya ini menjadi karya standar dalam masalah sejarah kritis penyusunan al-Quran bagi para orientalis.

Penjelasan selanjutnya bisa dibaca dalam makalah yang bisa didownload pada link di bawah ini
MAKALAH 

No comments :

Post a Comment