Judul Buku :
Sosiologi Ilahiah
Pengarang :
H.S. Zuardin Azzaino, SE.
Penerbit :
-
Bidang :
Sosiologi Islam
A. Sinopsis
Buku ini membahas tentang azas-azas sosiologi yang
di pandang atau di kaji secara mendalam dari sisi Islam. Buku ini berbeda
dengan kajian sosiologi biasa yang mengambil sudut pandang sekulerisme. Buku
ini membahas secara mendetail tentang kajian sosiologi yang ruang lingkup
kajiannya adalah masyarakat. Disini dibahas bahwa manusia adalah makhluk yang
menjalankan sunatullah-nya dan merupakan bagian terkecil dari sebuah masyarat.
Manusia merupakan makhluk yang menjalankan sunatullah-nya dan memiliki kebebasan
memilih dalam ketentuan sunatullah yang ada. Dalam sosiologi Ilahian ini muncul
sebuah tatanan sosial yang baik karena yang menjadi tolak ukur kemajuan sosial
masyarakat adalah sunnah dan petunjuk Allah serta Rosul-Nya.
B. Pembahasan Isi
Dalam pendahuluan buku ini dikatakan bahwa unsur
pertama dalam masyarakat adalah manusia. Allah menciptakan manusia sebagai
salah satu makhluknya yang paling istimewa dengan kemampuan khusus, yakni
berfikir . maka dari itu, ketundukkan atau ketaatan manusia terhadap Allah sendiri
harus secara khusus, dengan taat pada aturan-aturan yang sudah di tentukkan
oleh Allah swt. Manusia merupakan kesatuan dari dua eksistensi, yakni ruhiyah
& jasadiyah yang masing-masing tunduk pada sunatullah dengan bentuk
ketundukkan yang berbeda sesuai dengan perannya. Manusia dipandang sama rata di
mata Allah swt, yang membedakan adalah imannya, ketaatan terhadap ketentuan
Allah atau amal ibadahnya.
Bab ke-2 membahas tentang penciptaan manusia sebagai
Khalifah. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah bukan sebagai khalik
(pencipta), maka ketundukkan manusia tetap pada Sang Khalik (penciptanya) yakni
Allah swt. Allah menempatkan manusia sebagai khalifah untuk mengendalikan
makhluk lain di bumi dengan kemampuan khusus yang diberikan, yakni berfikir,
akhlak dan hati. Tingkat kekhalifahannya juga meliputi kepemimpinannya terhadap
dirinya sendiri, sejauh mana manusia bisa mengendalikan hawa nafsunya sendiri
dan mengendalikan pola fikirnya tersebut.
Bab selanjutnya membahas tentang posisi manusia
sebagai saudara antara sesama mu’min.
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan saru
sama lain, sehingga kebersamaan itu akan selalu ada di antara sesama manusia.
Persaudaraan antar sesama muslim pada dasarnya bukanlah persaudaraan hanya
karena keturunan, melainkan karena keimanan mereka terhadap Allah swt. Titik
dimana tingkat persaudaraan semakin kuat adalah terletak pada upaya manusia
untuk terus menerus membina kepekaan terhadap sesama. Rasa persaudaraan ini
juga memperkuat upaya pelaksanaan amr ma’ruf nahi munkar di masyarakat.
C. Kritik dan Saran
Cover buku ini terlihat kurang menarik karena jika
dilihat dari cover buku tersebut seperi buku yang membahas tentang keluarga
atau lebih cocok untuk buku yang membahas tentang cara membangun keluarga
sakinah, meskipun kelompok terkecil dari masyarakat adalah keluarga tertapi
buku ini lebih banyak mengkaji tentang sosiologi yang didasarkan pada aturan
Allah. Buku ini juga tidak mencatumkan kapan buku ini dicetak dan penerbit mana
yang mencetaknya.
Cara penulisan buku ini cukup bagus dengan
penggunaan bahasa yang cukup mudah dipahami, namun penggunaan huruf (font
style) dalam buku ini berubah-ubah, antara satu halaman satu dengan yang
lainnya berbeda. Sehingga sedikit kurang
nyaman ketika membacanya.
Bobot
buku ini cukup bagus, namun alangkah lebih bagusnya jika dalil yang digunakan
juga di ambil dari hadist Rosul, sehingga nama Nabi Muhammad tidak hanya
‘numpang lewat’ dalam buku ini melainkan ada bukti konkrit dengan hadist nabi.
Meskipun namanya Sosiologi Ilahiah, bukan berarti yang dimasukkan hanya dalil
dari al Qur’an saja. Kita semua tahu bahwa hadist Rosul juga berfungsi sebagai
bayyan (penjelas) dari wahyu Allah, sehingga semakin kuat jika ayat-ayat yang
ditulis dalam buku ini ditopang pula oleh hadist Rosul.
Siti
Jamilah
KPI VI
Tugas
Resensi Sosiologi Islam
No comments :
Post a Comment