PSIKOLOGI DAKWAH, FILOSOFIS, EPSITEMOLOGI DAN
AKSIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Psikologi dakwah merupakan sintesis dari dua disiplin ilmu yaitu
“psikologi” dan “ilmu dakwah” maka disini penulis berusaha mengetengahkan
pengertian psikologi dakwah dari dua disiplin ilmu tersebut. Dua disiplin ilmu
tersebut akan dibahas secara lebih lanjut dalam makalah ini sehingga dari
pengembangan disiplin ilmu tersebut menciptakan disiplin ilmu baru yakni ilmu
psikologi dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
- Psikologi
Secara bahasa psikolgi merupakan alih kata dari bahasa
Inggris psychology dan kata ini
berasal dari bahasa Yunani yaitu psycho dan logos yang berarti “jiwa” dan
“pengetahuan atau ilmu”. Jadi secara etimologis, psikologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa (Drs. Wasty Soemanto, M.Pd.,
1988).
Secara istilah Woodworth dan Marquist mengatakan bahwa
“psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan aktivitas
individu-individu. Kata “aktivitas” diterapkan disini dalam sudut pandang yang
luas. Tidak hanya meliputiaktivitas motorik seperti berjalan dan berbicara,
rerapijuga aktivitas kognitif (aspek intelektual) seperti aktivitas melihat,
mendengar, mengingat dan berfikir, dan aktivitas emsional, seperti tertawa,
menangis, dan perasaan sedih ataupun sedih”. Dari batasan diatas Woodworth dan
Marquist berusaha memberikan gambaran bahwa psikologi itu mempelajari
aktivitas-aktivitas individu. Aktivitas disini diartikan secara luas, yaitu
meliputi aspek kognitif, motorik, dan emosi.
- Dakwah
Dakwah menurut bahasa berasal dari bahasa Arab دعا ـ يدعو, bermakna “pangilan, ajakan atau seruan”
Dakwah secara istilah menurut Syaikh Ali Mahfudz dalam
karyanya “Hidayatul Mursyadin” menulis:
حثُّ النّاسِ على
الخير والهدى والأمر بالمعروف والنهي عن المنكرِ ليفوز بسعادة العاجل والاجل
“Mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan
kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar agar
mereka memeproleh kebahagiaan dunia dan akhirat.”
- Pengertian Psikologi Dakwah
Hakikatnya psikologi dakwah berusaha menganalisis
gejala-gejala kejiwaan, baik da’i ataupun mad’u yang terlibat dalam proses
dakwah. Pendekatan psikologis dalam dakwah atau dakwah dianalisis dari sudut
psikologi, merupakan suatu disiplin ilmu praktis. Sehingga penganalisisannya
cenderung bersifat aplikatif.
B. Dasar Filosofis
(Ontologi)
Setiap disiplin ilmu dapat kita lihat dari 2 hal, yakni: Objek material
ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
Objek forma ialah objek yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu
yang satu dari ilmu yang lainnya, jika berobjek sama (I. R. pusjawijatno,
1967).
Adapun yang dijadikan objek material dari psikologi dakwah yakni “tingkah
laku manusia”. Maka objek formal dari psikologi dakwah yakni segala gejala
hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah (Drs. H. H.
Arifin, M.Ed., 1977). Psikologi dakwah mencoba untuk mengarahkan perhatiannya
pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang
menyebabkan terjadinya perilaku itu dalam kaitannya dengan aktivitas dakwah,
baik ia sebagai individu maupun dalam kehidupan kelompok.
C. Dasar Epistemologi
Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam
usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang dinamakan kode keilmuan. Berkaitan dengan
kajian psikologi dakwah maka berdasarkan keilmuan psikologi dakwah disusun dari
beberapa prosedur sehingga dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu pengetahuan
yang baru. Prosedur penyusunan ilmu pengetahuan tersebut meliputi:
·
Observation (pengamatan)
·
Measuring (pengukuran)
·
Explaining (penjelasan)
·
Verifying (pemeriksaan benar tidaknya)
Adapun metode yang diterapkan yakni:
1) Metode Induksi
Induksi adalah suatu cara penganalisisan ilmiah yang
bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individual) menuju kepada hal-hal
yang bersifat umum (universal), (Prof. Dr. H. M. Rasjidi, dkk. 1988). Jadi induksi
ini adalah penelitian terhadap kenyataan-kenyataan khusus satu demi satu lalu
diadakan generasilasi dan abstraksi yang diakhiri dengan kesimpulan umum.
2) Deduksi
Metode ini kebalikan ari induksi, yakni bergerak dari
yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang
besifat khusus.
D. Dasar Aksiologi
Adanya ilmu pengetahuan tentu memiliki fungsi atau manfaatnya. Sama
halnya dengan psikologi dakwah,. Setelah melalui prosedur disiplin ilmu
pengetahuan maka kita dapat melihat dengan jelasa apa manfaat dari ilmu
psikologi dakwah ini.
Psikologi dakwah memiliki fungsi sebagai berikut:
1)
Dengan mengkaji segala proses
kejiwaan manusia, dengan mengetahui segala aktivitas kejiwaan manusia,
merupakan modal untuk mengadakan deskriptik dari mad’u atau objek dakwah.
Dengan bekal ilmu jiwa kepribadian misalnya, kita akan mampu menganalisis,
mendeskripsikan kepribadian seseorang, apalagi ditunjang dengan latar belakang
ilmu jiwa perkembangan aka kepribadian seseorang itu dapat dideskripsikan secara
valid.
2)
Kajian psikologi dakwah merupakan
pengembangan teori-teori yang telah ditelurkan oleh disiplin ilmu yang
serumpun, misalnya pengembangan teori ilmu dakwah. Dan apabila teori-teori
metodologis dakwah sebagai contohnya maka kajian psikologi objek dakwah
merupakan acuan dimana metode dakwah diterapkan.
3)
Begitu pula dengan kajian
psikologi dakwah, kita bias memprediksikan, arah atau kecenderungan psikologi massa. Sehingga dapat
pula sebagai awal kita mengadakan control terhadap kecenderungan tersebut.
Sehingga hal-hal yang merugikan aktivitas dakwah dapat dihindari.
1. Aksiologi Psikologi
Dakwah Perspektif Al Qur’an
Al Qur’an diturunkan di dunia ini sebagai alat untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih umum dari sekadar tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri atau tujuan mencari keuntungan individual atau
keuntungan golongan, karena kehidupan manusia ini tidak tebatas dengan adanya
planey bumi ini, juga tidak terbatas umur yang terbatas, yang dilalui oleh
kehidupan pribadi-pribadi dan kelompok atau golongan untuk masa yang terbatas
(Prof. Ali Abdul Azhim, 1989).
Mengembangkan ilmu merupakan amal. Amal dalam Islam
merupakan ibadah, selama tidak ada dosa dan riya’. Akan tetapi kebanyakan
manusia beramal, untuk dunia saja, karena ingin menikmati kenikmatan dunia yang
lama mengikuti hawa nafsunya, akan tetapi melalaikan kepentingan akhirat.
Adapun orang beriman berbuat untuk keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat.
Allah berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
Artinya:
“Dan diantara
mereka ada orang yang berdoa: “ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat dan perihalah kami dari siksa api neraka”. (QS. Al
Baqarah : 201)
Dari sini kita dapat melihat bahwa menuntut ilmu
pengetahuan dalam Islam bertujuan untuk mencapai kebaikan yakni dunia dan
akhirat. Dengan ilmu itu diharapkan akan terealisasi keseimbangan kepribadian
manusia dalam citranya yang hakiki dan sempurna, seperti yang tercermin dalam
pribadi Rosulullullah saw. Dimana pada dirinya terdapat keseimbangan kekuatan
spiritual yang mendalam dan kekuatan fisiknya yang tangguh.
Maka jelaslah bahwa tujuan terbesar menuntut ilmu
pengetahuan dalam Islam ialah lebih dekat dengan Allah, karena Dia Zat Yang
Maha Tinggi sebagai sumber kebenaran, kebaikan, dan ketulusan. Sehingga seorang
muslim dalam segala aktivitas keilmuannya harus mengarah dan hijrah untuk
mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya penjelasan diatas maka jelaslah bahwa psikologi dakwah adalah
sebagai displin ilmu yang berdiri sendiri meskipun pada perjalanannya ilmu
psikologi dakwah adalah hasil dari pengembangan dan penggabungan dari beberapa
displin ilmu sehingga menciptakan disiplin ilmu yang baru.
Tinjauan Filosifis atau Ontologi dari ilmu psikologi dakwah jelas
mendasar yakni ditinjau dari objek material dan objek formalnya. Tinjauan
Epsitemologis-nya pun mendasar yakni dapat terlihat metode apa yang digunakan
dalam ilmu psikologi komunikasi, juga prosedur-prosedur yang telah terpenuhi
sehingga ilmu psikologi dakwah bisa dikatakan disiplin ilmu tersendiri.
Terakhir tinjauan aksiologi-nya, yakni fungsi dari ilmu psikologi dakwah itu
sendiri memenuhi beberapa fungsi, yakni: dapat mengetahui aktivitas kejiwaan
manusia, sebagai acuan penerapan metode dakwah, membantu memprediksikan arah
atau kecenderungan massa.
DAFTAR PUSTAKA
Jumantoro,
Totok. 2001. Psikologi Dakwah Dengan
Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani. Jakarta:
Amzah.
Taufiq, Izzuddin
Muhammad. 2006. Panduan Lengkap dan
Praktis Psikologi Islam. Jakarta:
Gema Insani Press.
No comments :
Post a Comment