Blog Berbagi Informasi

Saturday, 11 January 2014

Tugas Makalah Mata Kuliah Psikologi Dakwah

No comments :

PSIKOLOGI DAKWAH, FILOSOFIS, EPSITEMOLOGI DAN AKSIOLOGI



BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Psikologi dakwah merupakan sintesis dari dua disiplin ilmu yaitu “psikologi” dan “ilmu dakwah” maka disini penulis berusaha mengetengahkan pengertian psikologi dakwah dari dua disiplin ilmu tersebut. Dua disiplin ilmu tersebut akan dibahas secara lebih lanjut dalam makalah ini sehingga dari pengembangan disiplin ilmu tersebut menciptakan disiplin ilmu baru yakni ilmu psikologi dakwah.


BAB II

PEMBAHASAN

 
A.    Pengertian
  1. Psikologi
Secara bahasa psikolgi merupakan alih kata dari bahasa Inggris psychology dan kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu psycho dan logos yang berarti “jiwa” dan “pengetahuan atau ilmu”. Jadi secara etimologis, psikologi dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa (Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., 1988).
Secara istilah Woodworth dan Marquist mengatakan bahwa “psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan aktivitas individu-individu. Kata “aktivitas” diterapkan disini dalam sudut pandang yang luas. Tidak hanya meliputiaktivitas motorik seperti berjalan dan berbicara, rerapijuga aktivitas kognitif (aspek intelektual) seperti aktivitas melihat, mendengar, mengingat dan berfikir, dan aktivitas emsional, seperti tertawa, menangis, dan perasaan sedih ataupun sedih”. Dari batasan diatas Woodworth dan Marquist berusaha memberikan gambaran bahwa psikologi itu mempelajari aktivitas-aktivitas individu. Aktivitas disini diartikan secara luas, yaitu meliputi aspek kognitif, motorik, dan emosi.

  1. Dakwah
Dakwah menurut bahasa berasal dari bahasa Arab  دعا ـ يدعو, bermakna “pangilan, ajakan atau seruan”
Dakwah secara istilah menurut Syaikh Ali Mahfudz dalam karyanya “Hidayatul Mursyadin” menulis:
حثُّ النّاسِ على الخير والهدى والأمر بالمعروف والنهي عن المنكرِ ليفوز بسعادة العاجل والاجل
“Mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma’ruf  dan mencegah dari perbuatan yang munkar agar mereka memeproleh kebahagiaan dunia dan akhirat.”

  1. Pengertian Psikologi Dakwah
Hakikatnya psikologi dakwah berusaha menganalisis gejala-gejala kejiwaan, baik da’i ataupun mad’u yang terlibat dalam proses dakwah. Pendekatan psikologis dalam dakwah atau dakwah dianalisis dari sudut psikologi, merupakan suatu disiplin ilmu praktis. Sehingga penganalisisannya cenderung bersifat aplikatif.


B.     Dasar Filosofis (Ontologi)
Setiap disiplin ilmu dapat kita lihat dari 2 hal, yakni: Objek material ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu. Objek forma ialah objek yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu yang satu dari ilmu yang lainnya, jika berobjek sama (I. R. pusjawijatno, 1967).
Adapun yang dijadikan objek material dari psikologi dakwah yakni “tingkah laku manusia”. Maka objek formal dari psikologi dakwah yakni segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah (Drs. H. H. Arifin, M.Ed., 1977). Psikologi dakwah mencoba untuk mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku itu dalam kaitannya dengan aktivitas dakwah, baik ia sebagai individu maupun dalam kehidupan kelompok.


C.    Dasar Epistemologi
Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan kode keilmuan. Berkaitan dengan kajian psikologi dakwah maka berdasarkan keilmuan psikologi dakwah disusun dari beberapa prosedur sehingga dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang baru. Prosedur penyusunan ilmu pengetahuan tersebut meliputi:
·         Observation (pengamatan)
·         Measuring (pengukuran)
·         Explaining (penjelasan)
·         Verifying (pemeriksaan benar tidaknya)

Adapun metode yang diterapkan yakni:
1)      Metode Induksi
Induksi adalah suatu cara penganalisisan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individual) menuju kepada hal-hal yang bersifat umum (universal), (Prof. Dr. H. M. Rasjidi, dkk. 1988). Jadi induksi ini adalah penelitian terhadap kenyataan-kenyataan khusus satu demi satu lalu diadakan generasilasi dan abstraksi yang diakhiri dengan kesimpulan umum.

2)      Deduksi
Metode ini kebalikan ari induksi, yakni bergerak dari yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang besifat khusus.

D.    Dasar Aksiologi
Adanya ilmu pengetahuan tentu memiliki fungsi atau manfaatnya. Sama halnya dengan psikologi dakwah,. Setelah melalui prosedur disiplin ilmu pengetahuan maka kita dapat melihat dengan jelasa apa manfaat dari ilmu psikologi dakwah ini.
Psikologi dakwah memiliki fungsi sebagai berikut:
1)      Dengan mengkaji segala proses kejiwaan manusia, dengan mengetahui segala aktivitas kejiwaan manusia, merupakan modal untuk mengadakan deskriptik dari mad’u atau objek dakwah. Dengan bekal ilmu jiwa kepribadian misalnya, kita akan mampu menganalisis, mendeskripsikan kepribadian seseorang, apalagi ditunjang dengan latar belakang ilmu jiwa perkembangan aka kepribadian seseorang itu dapat dideskripsikan secara valid.
2)      Kajian psikologi dakwah merupakan pengembangan teori-teori yang telah ditelurkan oleh disiplin ilmu yang serumpun, misalnya pengembangan teori ilmu dakwah. Dan apabila teori-teori metodologis dakwah sebagai contohnya maka kajian psikologi objek dakwah merupakan acuan dimana metode dakwah diterapkan.
3)      Begitu pula dengan kajian psikologi dakwah, kita bias memprediksikan, arah atau kecenderungan psikologi massa. Sehingga dapat pula sebagai awal kita mengadakan control terhadap kecenderungan tersebut. Sehingga hal-hal yang merugikan aktivitas dakwah dapat dihindari.

1.      Aksiologi Psikologi Dakwah Perspektif Al Qur’an
Al Qur’an diturunkan di dunia ini sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih umum dari sekadar tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri atau tujuan mencari keuntungan individual atau keuntungan golongan, karena kehidupan manusia ini tidak tebatas dengan adanya planey bumi ini, juga tidak terbatas umur yang terbatas, yang dilalui oleh kehidupan pribadi-pribadi dan kelompok atau golongan untuk masa yang terbatas (Prof. Ali Abdul Azhim, 1989).
Mengembangkan ilmu merupakan amal. Amal dalam Islam merupakan ibadah, selama tidak ada dosa dan riya’. Akan tetapi kebanyakan manusia beramal, untuk dunia saja, karena ingin menikmati kenikmatan dunia yang lama mengikuti hawa nafsunya, akan tetapi melalaikan kepentingan akhirat. Adapun orang beriman berbuat untuk keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Allah berfirman:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya:
“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan perihalah kami dari siksa api neraka”. (QS. Al Baqarah : 201)

Dari sini kita dapat melihat bahwa menuntut ilmu pengetahuan dalam Islam bertujuan untuk mencapai kebaikan yakni dunia dan akhirat. Dengan ilmu itu diharapkan akan terealisasi keseimbangan kepribadian manusia dalam citranya yang hakiki dan sempurna, seperti yang tercermin dalam pribadi Rosulullullah saw. Dimana pada dirinya terdapat keseimbangan kekuatan spiritual yang mendalam dan kekuatan fisiknya yang tangguh.
Maka jelaslah bahwa tujuan terbesar menuntut ilmu pengetahuan dalam Islam ialah lebih dekat dengan Allah, karena Dia Zat Yang Maha Tinggi sebagai sumber kebenaran, kebaikan, dan ketulusan. Sehingga seorang muslim dalam segala aktivitas keilmuannya harus mengarah dan hijrah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub).

BAB III

PENUTUP


A.    Kesimpulan
Adanya penjelasan diatas maka jelaslah bahwa psikologi dakwah adalah sebagai displin ilmu yang berdiri sendiri meskipun pada perjalanannya ilmu psikologi dakwah adalah hasil dari pengembangan dan penggabungan dari beberapa displin ilmu sehingga menciptakan disiplin ilmu yang baru.
Tinjauan Filosifis atau Ontologi dari ilmu psikologi dakwah jelas mendasar yakni ditinjau dari objek material dan objek formalnya. Tinjauan Epsitemologis-nya pun mendasar yakni dapat terlihat metode apa yang digunakan dalam ilmu psikologi komunikasi, juga prosedur-prosedur yang telah terpenuhi sehingga ilmu psikologi dakwah bisa dikatakan disiplin ilmu tersendiri. Terakhir tinjauan aksiologi-nya, yakni fungsi dari ilmu psikologi dakwah itu sendiri memenuhi beberapa fungsi, yakni: dapat mengetahui aktivitas kejiwaan manusia, sebagai acuan penerapan metode dakwah, membantu memprediksikan arah atau kecenderungan massa.

DAFTAR PUSTAKA

 
Jumantoro, Totok. 2001. Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Kejiwaan yang Qur’ani. Jakarta: Amzah.
Taufiq, Izzuddin Muhammad. 2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

No comments :

Post a Comment