Nama :
Siti Jamilah
Fak/Jur :
FAI/KPI VI
Tugas :
Membuat Konsep Pidato
Mata Kuliah :
Teknik Pidato/Khutbah
Dosen : Ibu Gamar Assagaf, Dra.,
M.Phil
ISI
1.
Muqoddimah
2.
Pembukaan
3.
Isi:
v Peranan Kaum Ibu
v Tantangan Kaum Ibu masa kini
v
Kemuliaan
seorang Ibu dalam pandangan Islam
v
Waspada
terhadap pemahaman di era globalisasi (feminisme & emansipasi)
Kesimpulan
PIDATO
Yang saya hormati
Ibu Siti Nur ‘Aini istri daripada Bpk. Dharmawan, S.Sos.I selaku Kepala Desa Cijayanti.
Yang saya hormati
Ibu-ibu PKK se-Desa Cijayanti.
Para undangan dan
remaja puteri Desa Cijayanti yang berbahagia.
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
الحمد لله رب العالمين وبه
نستعين على أمور الدنيا والدين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا
ومولنا محمد وعلى أله وأصحا به اجمعين, أما بعد
Pertama-tama, marilah kita bersama-sama bersyukur kepada Allah SWT,
atas nikmat-Nya yang diberikan kepada kita sekalian, yang dengan rahmat-Nya
pula kita bersama-sama bisa berkumpul untuk yang kesekian kalinya, khususnya
pada pagi ini dalam rangka memperingati dan menyemarakkan “Hari Ibu”. Selanjutnya,
marilah kita panjatkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas kekuatan yang
diberikan kepada kita sekalian. Khusunya kepada para Ibu, yang sampai hari ini
belum juga kehilangan semangat dalam menangkap sekaligus mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam hikmah “Hari Ibu” yang kita peringati
bersama-sama dengan para Ibu di seluruh wilayah Indonesia tercinta ini.
Shalawat dan salam kita curahkan kepada junjungan alam, yakni Nabi
Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya serta ummat yang senantiasa
mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Pada saat-saat istimewa ini adalah
saat-saat yang tepat untuk mengingat kembali bagaimana perjuangan, pengabdian
dan pribadi ummahatul mukminin, pribadi istri-istri Nabi yang luar biasa.
Terutama Bunda Khadijah ra dan Aisyah ra. Beliau-beliau inilah yang patut
dijadikan panutan bagi para ibu dan istri di masa sekarang.
Hadirin yang saya muliakan...
Berdirinya saya disini selaku Ketua Ibu-ibu PKK Desa Cijayanti hanya
ingin sedikit berbagi ilmu, agar kita semua dapat mengambil hikmah bersama dari
peringatan hari Ibu ini. Adapun pidato yang akan saya sampaikan pada kesempatan
kali ini berjudul “Figur Ibu di Era Globalisasi”
Hadirin yang berbahagia...
Peran Ibu pada masa sekarang tampaknya makin meningkat. Berbarengan
dengan itu, makin berat pula tantangan yang kita hadapi. Namun sebagai bangsa
yang besar, maka kita tentunya sepakat untuk pantang menyerah, pantang mundur
dan pantang mengeluh. Semua tantangan hidup sehari-hari seakan makanan lezat
namun belum tentu menyehatkan, bisa saja makanan tersebut lezat tapi beracun.
Hal inilah yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran dan penuh kesadaran.
Harus jadi ibu yang pintar memilah dan memilih. Harus jadi ibu yang cerdas,
peka, dan bijak dalam menyikapi permasalahan, terutama fenomena sosial
dilingkungan dan pergaulan anak-anak zaman sekarang.
Di tengah-tengah tekhnologi yang semakin canggih, ibu-ibu juga merasakan,
betapa hebat dampaknya pada keluarga kita saat ini. Tanggung jawab seorang ibu
dihadapkan kepada berbagai masalah, berbagai ragam tantangan, berbagai bentuk
persoalan, bahkan masalah kaum Bapak pun sudah ikut menjadi bagian paling
penting dalam daftar masalah kaum Ibu. Untuk itu, saya mewakili suara kaum Ibu menghimbau,
janganlah kaum Bapak menganggap kecil peranan para Ibu. Sebab tanpa adanya
figur seorang Ibu, maka kaum Bapak ibarat burung yang tidak akan pernah terbang
sempurna. Ibarat seekor burung yang tidak akan pernah terbang perkasa. Ingatlah
kata pepatah mengatakan “Dibalik orang-orang yang hebat, ada wanita hebat”.
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tentu
kita semua tahu bahwa Islam amat menghargai sosok Ibu. Islam memberikan tempat
tersendiri yang istimewa bagi kaum Ibu. Seperti disebutkan dalam Hadist
Rasulullah SAW.
Seseorang
pernah bertanya kepada Rasulullah, “Siapa orang yang paling berhak diperlakukan
dengan baik?” Rasul menjawab, “Ibumu”. Kemudian dia bertanya “Lalu siapa lagi
ya Rosul?” Rosul menjawab “Ibumu”. Kemudian dia bertanya lagi “Lalu siapa lagi
ya Rosul?” “Ibumu”. Kemudian dia bertanya lagi “Setelah itu siapa lagi ya
Rosul?” Rosul menjawab “Bapakmu”.(HR Muslim).
Dari hadist tadi dapat kita pahami, bahwa Islam benar-benar menghargai
dan memuliakan kaum Ibu. Banyaknya pujian yang diberikan oleh Allah dan
Rasul-Nya terhadap kaum wanita termasuk para Ibu yang berarti Islam meninggikan
derajat kaum wanita; sedikitpun tidak menempatkan wanita pada posisi nomor dua
setelah laki-laki. Artinya, Islam tidak pernah berlaku tidak adil kepada
wanita.
Kaum Ibu hendaknya juga menyadari bahwa dengan tugas berat sekarang ini
harus tetap waspada terhadap fenomena-fenomena yang terjadi saat ini. Tetap bertanggung
jawab akan kehidupan keluarganya. Tanggung jawab ibu sekarang tidak hanya
terbatas pada tanggung jawab dapur dan tempat tidur saja. Lebih dari itu sudah
tiba saatnya kaum Ibu membantu para Bapak, jika perlu membantu tugas Bapak di
luar rumah, di kantor bahkan kalau perlu juga di medan perang. Mendukungnya
secara penuh dan menjadi polisi keluarga yang bijak jika terjadi
penyalahgunaan.
Hadirin yang saya muliakan..
Tentunya kaum Ibu juga tetap harus tahu batas. Jangan sampai mencampuri
yang bukan urusan diluar kewenangan kita. Namun tetaplah waspada. Kaum Ibu
harus tahu kapan boleh membantu, kapan wajib membantu, kapan tidak boleh ikut campur
dan kapan pula menentukan sikap dalam keluarga maupun lingkungan. Semuanya itu
dilakukan untuk menjaga citra sebagai Ibu. Suatu citra yang harus bersumber
kepada kepribadian bangsa, dengan adat istiadat ketimuran yang santun dan
kepribadian seorang muslimah dalam Islam. Jangan sampai pemahaman globalisasi
mempengaruhi kepribadian kita yang sebenarnya. Jangan sampai feminisme, faham
yang fanatik terhadap aspek keperempuanan merubah kepribadian kita sebagai
seorang Ibu. Jangan jadikan Hak Asasi Manusia dan Emansipasi wanita sebagai
dasar untuk menuntut kesetaraan dengan kaum Bapak. Pada akhirnya kaum Ibu hanya
akan berlaku semena-mena dan merasa bebas melakukan apa saja karena merasa
punya hak yang sama. Ironisnya tuntutan tersebut tidak dibarengi dengan
kewajibannya sebagai seorang Ibu yang sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku, khususnya dalam aturan Islam. Padahal Allah menempatkan segala sesuatu
itu sudah dengan kadarnya masing-masing. Ketika kesetaraan diberlakukan maka
akan muncul kedzaliman-kedzaliman.
Hadirin yang saya muliakan...
Kesimpulan dari pemaparan saya tadi adalah bahwa seorang Ibu itu selalu
istimewa, bahkan Islam memberikan kemuliaan tersendiri. Tidak ada kata bahwa
kaum Ibu adalah kaum nomor dua setelah kaum Bapak. Kaum Ibu boleh mengasah
potensinya. Kaum Ibu boleh bebas mengekspresikan diri, berkarir dan berkarya
sesuai kemampuannya, namun harus tetap memperhatikan nilai dan norma yang
berlaku baik agama maupun adat istiadat.
Hadirin yang saya muliakan...
Masih banyak yang harus kita lakukan. Masih banyak yang belum selesai.
Selamat berjuang, selamat menjalankan tugas hingga tercapai keluarga yang bahagia,
keluarga sejahtera di bawah naungan ridha Allah SWT. Semoga Allah senantiasa
bersama kita. Amin..
Hadirin sekalian,
demikian sambutan dari saya. Sebelum saya akhiri, saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada tutur kata yang kurang berkenan di hati hadirin
sekalian. Atas segala perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
No comments :
Post a Comment